Metode ngajar
by riyan juanda in



                     Metode Pembelajaran - Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah) 
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan suatu permasalahan, yang kemudian dicari penyelesaiannya dengan dimulai dari mencari data sampai pada kesimpulan. Seperti apa yang ungkapkan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain bahwa, Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. (Ibid, h. 91.) Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam penggunaan metode problem solving mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1.                  Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2.                  Mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku, meneliti, bertanya.
3.                  Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4.                  Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut cocok. Diperlukan metode-metode lain untuk mengujinya seperti demonstrasi, tugas, diskusi.
5.                  Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi(Ibid, h. 92.)
                     Keunggulan-keunggulan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah: Pemecahan masalah (problem solving) merupakan tehnik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
a.                   Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan siswa kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
b.                  Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.
c.                   Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
d.                  Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.  Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. 

e.                   Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan kemampuan siswa berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
f.                   Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
g.                  Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. (Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 220-221.)
                     Kelemahan-kelemahan metode problem solving (metode pemecahan masalah) adalah:
a.                   Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
b.                  Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran.
c.                   Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 93.) .
                     Metode Pembelajaran - Metode CTL ( Contextual Teaching and Learning) 
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
Rasional
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.
Penerapan CTL dalam pembelajaran
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul menunjukkan kemampuan siswa.
            Senada dengan hal tersebut diatas (Nurhadi, dkk, 2003), mengatakan CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri, bukan “mengetahuinya”. Dengan metode CTL diharapkan dapat membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Metode CTL sebagai pilihan untuk “menghidupkan” kelas, agar siswa belajar dengan sesungguhnya belajar (learning how to learn). Sehingga pada akhirnya diharapkan siswa tidak bosan mengikuti pembelajaran dan terjadi interaksi multi arah.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam CTL adalah sebagai berikut :
1.                  Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja                        sendiri, dan mengkontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2.                  Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3.                  Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4.                  Ciptakan masyarakat belajar.
5.                  Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
6.                  Lakukan refleksi di akhir pertemuan
7.                  Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
                     Karakteristik pembelajaran CTL
1.                  Kerjasama
2.                  Saling menunjang
3.                  Menyenangkan, tidak membosankan
4.                  Belajar dengan bergairah
5.                  Pembelajaran terintegrasi
6.                  Menggunakan berbagai sumber
7.                  Siswa aktif
8.                  Sharing dengan teman
9.                  Siswa krtis, guru kreatif
·         Metode Diskusi
Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama.”(Ibid, h. 87.) Metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru  dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan siswa suatu permasalahan untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga akan terjadi interaksi antara dua atau lebih siswa untuk saling bertukar pendapat, informasi, maupun pengalaman masing-masing dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dengan demikian diharapkan tidak akan ada siswa yang pasif. Tujuan penggunaan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan Killen (1998) adalah ” tujuan utama metode ini adalah untuk memecahakan suatau permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengatahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan.” (Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, h. 154.) Metode diskusi sangat tepat digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah serta melatih siswa untuk mengeluarkan pendapat secara lisan. Dalam pembelajaran matematika metode diskusi sangat tepat digunakan pada materi-materi yang menantang untuk sama-sama dipecahkan, misalnya materi bangun-bangun geometri, peluang dan konsep bilangan. Adapun  dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus benar-benar mampu mengorganisasikan siswa sehingga diskusi dapat berjalan seperti yang diharapkan. Menurut Bridges (1979) dalam pelaksanaan metode diskusi, guru harus mengatur kondisi yang memungkinkan agar: Setiap siswa dapat berbicara mengeluarkan gagasan dan pendapatnya. Setiap siswa harus saling mendengar pendapat orang lain. Setiap harus dapat mengumpulkan atau mencatat ide-ide yang dianggap penting.  Melalui diskusi setiap siswa harus dapat mengembangkan pengatahuannya serta memahami isu-isu yang dibicarakan dalam diskusi. (Ibid, h. 155.) Setiap metode pembelajaran pasti memiliki keunggulan dan kelemahan, begitu juga dengan metode diskusi. Ada beberapa keunggulan dari metode diskusi, yaitu: Siswa memperoleh kesempatan untuk berpikir. Siswa mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap dan aspirasinya secara bebas. Siswa belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya. Diskusi dapat menumbuhkan partisipatif aktif dikalangan siswa. Diskusi dapat mengembangkan sikap demokratif, dapat menghargai pendapat orang lain. Dengan diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat. (Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 208.) Di samping itu juga, ada beberapa kelemahan-kelemahan penggunaan metode diskusi, di antaranya: Diskusi terlalu menyerap waktu. Pada umumnya siswa tidak terlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik, maka kecenderungannya mereka tidak sanggup berdiskusi. Kadang-kadang guru tidak sanggup memahami cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungannya diskusi tanya jawab.  (Ibid, h. 209.) 
Langkah-langkah diskusi :
  Memeriksa segala persiapan yang dianggap dapat mempengaruhi kelancaran diskusi
  Memberikan pengarahan asebelum berdiskusi
  Melaksanakan diskusi sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan
  Memberikan kesempatan yang sama kepada setiap peserta diskusi untuk mengeluarkan gagasan
  Mengendalikan pembicaraan kepada pokok persoalan yang sedang di bahas

·         Metode Eksperimen
Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajar.”(Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 84.) Dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa diiberikan kesempatan untuk mengalami  sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan tentang suatu permasalahan terkait materi yang diberikan. Peran guru sangat penting pada metode eksperimen, khususnya dalam ketelitiandan kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan memaknai kegiatan eksperimen dalam kegiatan pembelajaran. Pemahaman siswa akan lebih kuat dan mendalam jika siswa diberikan kesempatan untuk mengalami secara langsung dalam suatu proses, analisis dan pengambilan kesimpulan terhadap suatu masalah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan pada siswa bahwa yang dipelajari merupakan suatu yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. Pembelajaran matematika dikatakan ilmu pasti, yang artinya bahwa setiap pernyataan dalam matematika dapat dibuktikan secara analitis dan logis. Mengingst  hal tersebut maka metode eksperimen sangat dibutuhkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi-materi yang membutuhkan keterlibatan siswa secara langsung, misalnya materi Peluang, Konsep bilangan, dan Bangun-bangun geometri. Keunggulan-keunggulan metode eksperimen adalah: Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran dan kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya menerima kata guru atau buku saja. Dapat mengembangkan sikap untuk studi eksploratis tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuan. Metode ini didukung oleh azas-azas didaktik modern. (Syaiful Sagala, Konsep dan Makna, h. 220-221.) Kelemahan-kelemahan metode eksperimen adalah: Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi. Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan dan ketabahan. Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian. (Syaiful Bahri Djamarah & Azwan Zain, Strategi Belajar, h. 85.) 
Langkah-langkah eksperimen :
1.Menerangkan metode eksperimen
2.membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang akan dibahas
3.menyiapkan alat-alat serta langkah-langkah metode
4.mengumpulkan laporan,memproses kegiatan
·         Metode Inquiri
Metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi (Sagala, 2004)

Adapun tujuan dari metode inkuiri adalah sebagai berikut:
a)    Meningkatkan keterlibatan peserta didikdalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
b)    Mengurangi ketergantungan siswa pada guru untuk mendapatkan pelajarannya
Melatih peserta didik dalam menggali dan memanfaatkan lingkungan asebagai sumber belajar yang tidakada habisnya
c)     Memberi pengalaman belajar seumur hidup
d)    Meningkatkabn ketrlibatan peserta didikdalam menemukan dan memrosesbahan pelajarannya.
e)    Mengurangi ketergantungna peserta didik padaguru untuk mendaopatkan pengalaman belajarnya
f)      Melatih peserta didik menggali dan memanfaaatkan liongkunean sebagai sumber belajar yang tidak ada habisnya.
g)    Memberi pengalaman belajar seumur hidup
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan metode inkuiri menurut Ibrahim dan Nur, (2000: 13), antara lain sebagai berikut:
1.      Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran , menjelaskan logistik yangdibutuhkan dan memotivasi siswa terliibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2.      Mengorganisasikan siswa dalam belajar
Guru membantu siswa adalam mengidentifikasi dan mengorganisasikan tugas tugas yang berkaitan dengan masaklah serta menyediakan alat
3.      Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendporongsiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen yangberkaitan dengan pemecahan masalah
4.      Menyajikan atau mempresentasdikan hasil kegiatan
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan model yang membantui mereka untuk berbagi tugas dengantemannya.
5.      Mengevaluasi kegiatan
Guru membantu sisa untuk merefleksi pada penyelidikan dan proses penemuan yang digunakan